Tuesday, June 4, 2013

Thank You and See You, Jogja!

Mengenang kota Jogja memang selalu menyesakkan. Semakin dikenang, semakin ingin segera mengerjakan suatu hal agar pikiran tak kembali terpuruk yang menyisakan sedih. Saat ini saya sepertinya sedang berada di puncak kerinduan dengan kota pelajar itu, mengingat betapa dulu excitednya saya kuliah di Jogja, seperti yang pernah saya tulis di blog ini. Sekarang saya sedang menyaksikan timeline, melihat kegiatan teman-teman di sana, dan saya akhirnya memutuskan untuk menuliskan perjalanan hidup saya ini, tentunya saat menjelang dan setelah wisuda bulan Februari kemarin.

Ya, saya sudah wisuda, kuliah diploma di UGM selama 2,5 tahun berlalu dengan cepatnya. Tidak terasa ternyata sudah banyak ilmu, cerita, canda, tawa, sedih, kedewasaan dan pelajaran-pelajaran lainnya yang tidak bisa didapatkan di bangku kuliah. Ah, berat sekali rasanya untuk mengingat-ingat satu persatu tapak kehidupan di sana. Dan saya mungkin terlalu dini untuk mengalami ini semua, saya dipaksa untuk 'dewasa', di saat yang lain masih melanjutkan kewajiban di sana, di saat yang lain masih punya banyak rencana keorganisasian dan rencana wisata-ya di jogja selain tempat buat kuliah, kami memang hobi berwisata-, tapi saya harus memilih pulang, melanjutkan tapak hidup baru di Jakarta. Muncul rasa menyesal, iri, sedih, bingung, dan rasa lainnya yang saya sendiri tidak tahu bagaimana wujudnya. Yang pasti saya belum siap untuk menjalaninya.

Semester 5 adalah semester tersibuk dan menjadi babak penentuan. Di awal semester sudah disuguhi rentetan to-do-list, salah satunya sidang. Ditambah dengan kegiatan diluar akademis yang pasti menyita waktu dan energi. Tugas-tugas kuliah yang datang bertubi-tubi, makalah, dan presentasi menambah paket semester 5 menjadi semester ter-crowded. Kegagalan sidang pertama pun menjadi beban pikiran yang berat dan mengundang kesedihan yang berlarut. Sempat mundur 1 bulan untuk sidang kembali, meraih puing-puing semangat, belajar lagi dan lagi, akhirnya di November setelah saya menyerahkan usaha dan doa sama Allah, sidang kedua saya sukses. Thank God. Tetapi ada yang aneh, saat menjelang UAS rasa ketakutan itupun datang, ketakutan atas akan kehilangannya suasana Jogja, suasana kampus, sahabat, teman-teman, dan banyak lagi. Mungkin teman-teman yang satu fakultas merasakan hal yang sama, sehingga kita semua sering berwisata dari satu tempat ke tempat lain, sambil menghilangkan kesedihan akan kenyataan perpisahan nantinya. Pantai, Malang, Bromo, Dieng, wisata-wisata di kota Jogja, kuliner, semuanya kita disambangi. 

Novi, adalah si penyuka senja yang hadir dihidup saya di semester 5 ini. Menemani dia mengenal kampus, berakrab dengan suasana Jogja, dan hal lainnya yang kita lakukan bersama adalah obat kesedihan yang ternyata tidak saya disadari. Begitupun keakraban persahabatan dengan Uthe juga menjadi hal yang saya cemaskan, karena saya akan kehilangan momen-momen berharga kami selama di Jogja. Rindu sekali dengan kalian. Rindu mengisi hari-hari yang pasti tiada hari yang saya lalui tanpa kalian. Pagi, siang, sore, malam. Oh ya, saya juga rindu sekali menikmati senja bersama di pinggir bandara. Hai Restu, Friska, Ayu, Vema yang juga sangat saya rindukan. Bersahabat dengan kalian adalah kado terindah selama di Jogja. Dengan kalian saya mengenal kesetiakawanan, kebahagiaan yang sederhana, kebersamaan yang tidak mengenal lelah, dan yang pasti saya mengenal perpisahan. Sedih sekali saat tahu mungkin saya masih belum sepenuhnya menjadi yang terbaik bagi kalian, tapi itu tidak mengurangi rasa terimakasih atas persahabatan yang berwarna ini. Terimakasih ya :-)

Menjelang wisuda adalah saat-saat di mana saya harus menyusun kehidupan selanjutnya. Melanjutkan kuliah dan mencari kerja adalah dua poin teratas. Bimbang menjadi perasaan yang mendominasi di hari-hari saya. Pulang ke Jakarta atau stay di Jogja pun turut andil dalam list keputusan yang harus saya ambil segera. Menyesakkan. Sesak sekali dada saya saat itu. Dan akhirnya saran orang tua ikut menambah kesedihan sehingga membulatkan keputusan saya saat mereka menginginkan sekali saya segera pulang, mencari kerja di Jakarta, dan melanjutkan kuliah. Setelah wisuda, surat lamaran pekerjaan dan CV akhirnya saya 'sebar'.

Tanggal 7 Maret 2013, all my bags are packed, siap untuk meninggalkan Jogja. Tidak ada tetes air mata yang saya jatuhkan di Stasiun Tugu saat itu. Padahal perasaan saya sedang tidak karuan. Saya belum siap dan terlalu sedih untuk semua ini. Saya terlalu sesak untuk mengucapkan selamat tinggal untuk kalian, sahabat-sahabat yang saya sayangi, juga untuk seseorang yang sudah menyempatkan mengantar. Terimakasih untuk Jogja-nya!

Akhirnya malam itu, kereta Gadjah Wong menjadi saksi dan menghadirkan tetes air mata saat saya menengok ke jendela kereta untuk salam perpisahan, menyaksikan sisa-sisa kota Jogja di stasiun itu. Berat sekali. Ucapan terimakasih untuk Jogja dan segala isinya telah saya sampaikan. Berharap doa restu dari kalian menjadi kekuatan atas langkah-langkah saya selanjutnya.

Sekarang saya tahu, rencana Allah memanglah yang terbaik. Semua ini terjadi untuk membuat saya lebih bersyukur dan dekat denganNya. Dan akhirnya saya menyadari atas pilihan saya saat ini. Pilihan yang sangat sulit saya terima diawal, tetapi harus dijalani dengan sebaik-baiknya. Saya yakin, kerinduan dengan Jogja ini akan segera menepi, mungkin beriringan dengan keberhasilan saya suatu saat nanti :-) Amin.

No comments:

Post a Comment

Followers